CAPABILITY MATURITY MODEL INTEGRATION (CMMI)
Makalah
Ilmiah Audit IS/IT
Disusun
Oleh :
Bisma
Wardhana
321610002
UNIVERSITAS MACHUNG
MALANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan berkat-Nya, penulis
dapat menyelesaikan Laporan Audit IS/IT ini dengan baik. Alasan laporan ini
dibuat adalah demi memenuhi tugas dari mata kuliah Audit IS/IT. Penulis juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu penulis
dalam pengerjaan laporan ini, yaitu :
1.
Bapak Annas Vijaya,
MTI., selaku pembimbing dan dosen pengampu mata kuliah Audit IS/IT
2.
Dan kepada keluarga
serta teman-teman yang sudah membantu dalam pembuatan makalah ini, yang tidak
dapat penulis sebutkan namanya satu per satu.
Dan
harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berkembangnya
perusahaan IT di Indonesia memerlukan teknologi yang layak untuk mendukung
operasional dan standard perusahaan IT di Indonesia. Perusahaan IT perlu
menentukan teknologi yang akan membantu operasional perusahaan tersebut.
Penggunaan teknologi yang di tentukan memerlukan standard atau pengesahaan
kelayakan teknologi yang di gunakan untuk mendukung operasional perusahaan. Oleh
karena itu perusahaan-perusahaan IT berkembang perlu berkompetitif dalam
meningkatkan standard kualitas mereka. (Reid & Sanders, 2007). Dalam usaha
peningkatan kualitas perusahaan IT berkembang dapat menggunakan penilaian
standard yang terintegrasi dengan perusahaan yang biasa di sebut dengan
Capability Maturity Model Integration (CMMI).
Dengan
adanya penilaian standard yang terintegrasi dengan perusahaan IT berkembang
maka operasional akan lebih terarah. Proses operasional dan personil mulai dari
programmer, analis, tester, manajer dan CEO dapat mengetahui jobdesknya masing
masing. Dengan demikian tidak ada miskomunikasi antar personil dalam
menjalankan opersaional perusahaan. CMMI juga membantu peningkatan performa
perusahaan dan karyawan dengan menyediakan kerangka kerja yang teratur dan
terarah bagi perusahaan dalam menilai performa perusahaan, karyawan,
devolpment, hingga maintenance menggunakan Capability Maturity Model
Integration for Development (CMMI-dev).
Namun tidak
sedikit juga perusahaan IT berkembang di Indonesia saat ini kurang
memperhatikan kualitas maupun kinerja perusahaannya yang kurang efektif karena
tidak memperhatikan standarisasi ini. Sehingga menyebabkan manajemen proyek
yang tidak efektif dan efisien. Selain itu juga banyak factor lain yang
menyebabkan perusahaan IT berkembang di Indonesia kurang mengerti dan memahami
pentingnya standarisasi CMMI ini seperti kurang cocoknya standard luar negeri
seperti CMMI ini tidak cocok untuk perusahaan IT lokal dan kurangnya keinginan
perusahaan untuk menggunakan standarisasi CMMI ini.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan menganalisa latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya,
maka dapat dirumuskan masalah yang dapat di ambil adalah sebagai berikut:
1.
Seberapa pentingnya
standarisasi CMMI untuk sebuah perusahaan IT?
2.
Bagaimana CMMI dapat
meningkatkan performa perusahaan?
1.3 Tujuan
Dengan
adanya standarisasi CMMI ini perusahaan dapat memperbaiki proses dalam
menjalankan sebuah proyek. Dengan membaiknya proses maka perusahaan dapat
meningkatkan produk dan mengetahui resiko-resiko dalam menjalankan sebuah
proyek dan meminimalisir dampaknya. Semakin tinggi level CMMI sebuah perusahaan
maka akan semakin kecil pula resiko proyek yang ditangani perusahaan. Dengan
level CMMI yang tinggi, perusahaan akan mendapat kepercayaan dalam menjalankan
proyek yang lebih besar.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian CMMI
CMMI adalah kerangka
model kelas Internasional yang digunakan untuk peningkatan proses dan performa
dalam suatu organisasi maupun perusahaan yang ingin mencapai performa tinggi
dalam operasionalnya. Telah terbukti efektif di organisasi, perusahaan, dan
pemerintahan secara global dalam 25 tahun terakhir. CMMI terdiri dari praktik
terbaik yang dikumpulkan yang dirancang untuk mempromosikan perilaku yang
mengarah pada peningkatan kinerja di organisasi manapun. Model CMMI membantu
mengidentifikasi dan meningkatkan kemampuan yang meningkatkan kinerja,
kualitas, dan profitabilitas organisasi. CMMI menawarkan empat model yang dapat
disesuaikan agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dengan ruang lingkup yang
berbeda (CMMI Institute).
CMMI memiliki 3 ruang lingkup yaitu:
1.
Pengembangan produk dan
layanan – CMMI for Development (CMMI-DEV)
2.
Service establishment,
management – CMMI for Service (CMMI-SVC)
3.
Pengambilan produk dan
layanan – CMMI for for Acquistion (CMMI-ACQ)
CMMI dikembangkan oleh
sebuah kelompok dari industri, pemerintah, dan Software Engineering Institute
(SEI) di CMU. Model CMMI memberikan panduan untuk mengembangkan atau
memperbaiki proses yang memenuhi tujuan bisnis sebuah organisasi. Model CMMI
juga dapat digunakan sebagai kerangka kerja untuk menilai proses kematangan
organisasi (Maturity Level). Pada bulan Januari 2013, seluruh rangkaian produk
CMMI dipindahkan dari SEI ke CMMI Institute, sebuah organisasi yang baru dibuat
di Carnegie Mellon.
CMMI memiliki dua
representasi, yaitu kontinu dan bertahap. Representasi terus menerus dirancang
agar pengguna dapat fokus pada proses spesifik yang dianggap penting bagi
tujuan bisnis langsung organisasi, atau organisasi yang memberikan tingkat
risiko tinggi. Representasi bertahap dirancang untuk memberikan rangkaian
perbaikan standar, dan dapat dijadikan dasar untuk membandingkan kematangan
proyek dan organisasi yang berbeda.
2.2 CMMI Maturity Level
CMMI Maturity Levels memberikan metode penilaian benchmark
yang ketat yang memungkinkan perusahaan membandingkan kemampuan organisasi
dengan pesaingnya, industri, dan dirinya sendiri dari waktu ke waktu. CMMI
menyediakan lima tingkat kematangan yang menunjukkan solusi yang tersedia untuk
perbaikan dan peningkatan. (Gambar 1)
Gambar 2.1 Level Maturity CMMI (CMMI
Institute)
Model CMMI
memiliki 5 tingkat tahapan kematangan (Maturity Level) yang dapat didefinisikan
sebagai berikut :
1.
Maturity level 1 -
Initial. Pada ML1 ini proses biasanya berbentuk ad hoc. Sukses pada level ini
didasarkan pada kerja keras dan kompetensi yang tinggi orang-orang yang ada
didalam organisasi tersebut
2.
Maturity level
2 - Managed.
Pada ML2 ini sebuah organisasi
telah mencapai seluruh specific dan
generic goals pada
Level 2. Dengan
kata lain seluruh
proses dalam organisasi telah
direncanakan, dilaksanakan, diukur, dan dikontrol dengan baik
3.
Maturity level
3 - Defined.
Pada ML3 ini
sebuah organisasi telah
mencapai seluruh specific dan
generic goals pada
Level 2 dan
Level 3. Proses
dicirikan dan dipaparkan dalam standar, prosedur, tool, dan
metode
4.
Maturity level
4 - Quantitatively Managed.
Pada ML4 ini,
sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic
goals yang ada pada Level 2, 3, dan 4. Sebuah subproses dipilih
yang secara signifikan
terlibat dalam keseluruhan
proses. Subproses yang terpilih
ini kemudian dikontrol dengan menggunakan statistik atau teknik kuantitative
lainnya
5.
Maturity level
5 - Optimizing.
Pada ML5 ini
suatu organisasi telah
mencapai seluruh specific dan
generic goals yang
ada di Level
2, 3, 4,
dan 5. ML
5 fokus kepada peningkatan proses secara
berkesinambungan melalui inovasi teknologi.
2.3 High Maturity Level
Perusahaan
dengan Level Maturity tinggi memiliki resiko yang lebih rendah dan peningkatan
kualitas. Semakin tinggi Maturity level perusahaan maka semakin tinggi performa
dan kualitas produk perusahaan tersebut. Dengan mencapai Level Maturity
tertinggi, perusahaan menunjukkan komitmen yang lebih dalam meningkatkan
kemampuan dengan focus perbaikan terus menerus menggunakan statistic dan metode
kuantitatif lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dan organisasi terus
berkembang, beradaptasi, dan berkembang untuk memenuhi kebutuhan stakeholder
dan pelanggan. Perusahaan dengan Level Maturity yang tinggi mampu merespon
peluang dan perubahaan teknologi yang semakin berkembang.(CMMI Institute)
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 CMMI
Capability Maturity Model
Integration (CMMI) adalah sebuah model pengembangan proses yang dikembangkan
oleh Software Engeneering Institute (SEI), Carnegie Mellon University. Menurut
Dokumen CMMI-Dev Version 1.2 yang dikeluarkan oleh SEI pengertian CMMI adalah
sebuah model proses peningkatan kematangan perusahaan dalam mengembangkan
produk atau jasa. CMMI berisi best practice dalam aktivitas pengembangan dan
pemeliharaan yang melingkupi keseluruhan siklus hidup produk mulai dari awal
sampai dengan delivery dan pemeliharaan. Sesuai dengan definisinya, tujuan dari
CMMI adalah membantu perusahaan dalam meningkatkan proses pengembangan dan
pemeliharaan baik produk dan jasa yang mereka kembangkan (CMMI Product Team,
2006).
Salah satu keunggulan
CMMI adalah fleksibilitas. CMMI memungkinkan perusahaan yang ingin
mengadopsinya untuk memilih model representasi yang sesuai dengan perusahaan.
Pilihan model representasi yang ditawarkan CMMI adalah staged dan continuous.
Bahkan kedua model representasi ini dapat digunakan bersamaan. Dengan
menggunakan model representasi continuous, suatu perusahaan memilih sebuah atau
sekumpulan process area dan melakukan peningkatan proses berdasarkan process
area yang dipilih. Representasi ini menggunakan capability level untuk
menggambarkan peningkatan proses yang telah dicapai terkait dengan process area
yang dipilih. Menurut dokumen CMMI-Dev Version 1.2, pada model representasi
continuous, terdapat 6 capability level, yaitu dari level 0 sampai dengan level
5. Capability level pada model representasi continuous dapat dilihat pada Tabel
1 Perbandingan 3 Kelas Appraisal Method. Penjelasan mengenai keadaan yang
terjadi pada masing-masing capability level dapat dilihat di dokumen CMMI-Dev
1.2.
3.2 Proses Inti CMMI
Terdapat beberapa proses inti yang menjadi acuan dalam
pelaksaan CMMI bagi sebuah organisasi. Berikut adalah proses inti yang dimiliki
oleh CMMI :
Process Management
·
Organizational Process
Focus
·
Organizational Process Definition
·
Organizational Training
·
Organizational Process
Performance
·
Organizational Innovation
and Deployment
Project Management
·
Project Planning
·
Project Monitoring and
Control
·
Supplier Agreement
Management
·
Risk Management
·
Intergrated Teaming
·
Integrated Supplier
Management
·
Quantitative Project
Management
Engineering
·
Requirement Management
·
Requirement Development
·
Technical Solution
·
Product Integration
·
Verification
·
Validation
Support
·
Process and Product
Quality Assurance
·
Measurement and Analysis
·
Decision Analysis and
Resolution
·
Organizational
Environment for Integration
·
Causal Analysis and
Resolution
3.3 Continous Representation atau Capability
Level
Capability Level adalah
sebuah model untuk menggambarkan bagaimana setiap proses inti
berjalan di dalam sebuah organisasi. CMMI memiliki 6 level untuk setiap proses
inti:
- Level 0: Incomplete
- Level 1: Performed
- Level 2: Managed
- Level 3: Defined
- Level 4: Quantitatively Managed
- Level 5: Optimizing
Setiap organisasi tentu
bisa memiliki satu atau dua proses inti yang menurut mereka sangat penting dan
berada pada level 4 atau 5, sementara di organisasi berbeda dapat memiliki
level berbeda-beda untuk setiap proses inti.
CMMI memiliki panduan dan
tim yang dapat menilai atau mereview untuk melihat capability level untuk
setiap proses inti di dalam sebuah organisasi. Secara singkat, penjelasan
capability level adalah sebagai berikut.
Capability Level 0: Incomplete
Sebuah proses area dapat dikategorikan berada pada level ini,
jika proses tersebut memang tidak dimiliki oleh organisasi yang bersangkutan
atau berjalan secara partial.
Capability Level 1: Performed
Proses area tersebut
sudah menjadi bagian dari sesuatu yang wajib dalam menjalankan kegiatan.
Walaupun masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya baik disisi kualitas
maupun schedule. Prinsipnya proses sudah berjalan dan menjadi sesuatu yang
wajib sebagai titik awal.
Capability Level 2: Managed
Sebuah proses berada pada
level ini, jika proses ini selalu direncanakan, dilakukan, dimonitor
dan berjalan pada setiap aktifitas pengembangan. Ini berarti bahwa, organisasi
ini selalu menjalankan proses ini di setiap proyek pengembangannya. Terdapat
fungsi perencanaan dan kontrol.
Capability Level 3: Defined
Sebuah proses berada pada
level ini, jika proses itu didefinikan secara menyeluruh di dalam sebuah
organisasi. Pada level 2 ("Managed"), sangat dimungkinkan proyek A
dan B menjalankan proses requirement analysis, tetapi mereka melakukannya
dengan cara yang berbeda. Sehingga team di proyek A, sangat sulit untuk
memahami proses dan dokumentasi dari requirement analysis di proyek B.
Pada level 3 ("Defined"), semua proses telah didefinisikan secara
baku sehingga semua orang di dalam organisasi ini memiliki cara yang sama untuk
melakukan sebuah proses tertentu.
Capability Level 4: Quantitatively Managed
Di level ini, sebuah
proses akan dimonitor menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengukur
apakah sebuah proyek benar-benar menjalankan proses secara tepat.
Capability Level 5: Optimizing
Sebuah proses berapa pada
level ini di dalam sebuah organisasi, jika terdapat sebuah aktifitas atau tim
yang fokus untum mempelajari atau mereview. Ini adalah sebuah pengembangan dari
level 4.
Melalui proses review dan
analisa dengan metode tertentu, sebuah organisasi IT dapat memiliki Continous
Representation atau Capability Level untuk semua proses inti yang telah
didefinisikan oleh CMMI.
3.2 Maturity Level
Maturity level merupakan
representasi tahapan model CMMI. Untuk mencapai level tertentu, organisasi
harus memenuhi semua tujuan yang ditetapkan, dimana setiap tujuan memiliki Practices
tertentu yang harus dilaksanakan dalam setiap area proses secara berkelanjutan.
Practices ini terdiri
dari Generic Practices(GP) yang berlaku untuk semua proses area dalam suatu
level, dan Specific Practices (SP) yang berlaku untuk masing-masing proses
area. Tingkat kematangan (Maturity Level) meliputi lima tingkat yang
menunjukkan kemampuan proses pengembangan perangkat lunak suatu organisasi.
Pada Gambar 1 dapat
dilihat tahap-tahap proses perbaikan perangkat lunak yang dibagi atas 5
tingkat, yaitu :
1.
Initial,
2.
Managed,
3.
Defined,
4.
Quantitatively Managed,
5.
Optimizing.
Pada tingkat Initial,
organisasi tidak secara khusus menciptakan lingkungan yang stabil untuk
mengembangkan perangkat lunak. Masalah yang dihadapi organisasi pada tingkat
ini biasanya disebabkan karena sulitnya membuat komitmen antarstaf untuk
melakukan proses rekayasa perangkat lunak yang teratur.
Ketika berada di tingkat
Managed, organisasi mulai membuat aturan dan kebijakan dalam prosedur
pelaksanaan dan pengembangan perangkat lunak. Perencanaan dan pengelolaan suatu
pekerjaan baru didasarkan pada pengalaman dari pekerjaan serupa. Perbaikan
kemampuan proses ditunjukkan dengan adanya dasar manajemen kerja untuk
penelusuran biaya, jadwal, dan nilai guna. Keefektifan proses dapat dicirikan
sebagai hal yang dipraktikkan, didokumentasikan, dilaksanakan, dilatih, diukur,
dan dapat ditingkatkan.
Setelah memasuki tingkat
Defined, organisasi mendefi nisikan proses pengembangan perangkat lunak untuk
dijadikan standar pengembangan dan pemeliharaan perangkat lunak, dan telah
didokumentasikan dengan baik, termasuk proses rekayasa dan pengelolaannya. Hal
yang didefi nisikan meliputi kriteria kesiapan, masukan, standar dan prosedur
kerja, mekanisme verifi kasi, keluaran dan kriteria penyelesaian.
Kemudian pada tingkat
Quantitatively Managed, organisasi menentukan sasaran kualitas secara
kuantitatif untuk produk perangkat lunak dan prosesnya. Produktivitas dan
kualitas diukur untuk semua aktivitas proses pengembangan perangkat lunak
sebagai bagian dari program pengukuran kemampuan organisasi. Untuk mengumpulkan
dan menganalisis data dari pengembangan perangkat lunak yang menerapkan standar
telah digunakan basis data. Pada tingkat ini, proses pengembangan perangkat
lunak dilihat sebagai alat dan dilakukan pengukuran secara konsisten.
Pengukuran yang dilakukan memberi dasar kuantitatif untuk mengevaluasi
pekerjaan baik dari sisi produk maupun prosesnya.
Puncaknya, saat
organisasi berada dalam tingkat Optimizing, keseluruhan organisasi berfokus
pada perbaikan proses secara berkelanjutan. Organisasi secara proaktif
mengidentifi kasi kelemahan dan memperkuat proses dengan tujuan utama mencegah
terjadiya cacat pada produk. Data keefektifan proses pengembangan perangkat
lunak digunakan untuk melakukan analisis biaya dan keuntungan dari
teknologi-teknologi baru dan mengusulkan perubahan-perubahan terhadap proses
pengembangan perangkat lunak. Setiap tingkat kematangan dapat diuraikan menjadi
beberapa proses area yang mengindikasikan daerah-daerah yang harus difokuskan
suatu organisasi untuk meningkatkan proses pengembangan perangkat lunaknya.
3.3 Proses Area
CMMI terdiri dari
rangkaian practices. Practices dalam CMMI dibagi menjadi dua, yaitu Generic
Practices (GP) dan Specific Practices (SP) .Kumpulan dari practices yang
terdapat pada model CMMI disebut dengan Proses Area. Proses-proses area
mengidentifikasikan sekelompok aktivitas terkait yang bila dilakukan secara
kolektif akan mencapai suatu sasaran yang mempunyai kontribusi dalam
meningkatkan kemampuan proses pengembangan perangkat lunak. Jalur yang ditempuh
dalam mewujudkan sasaran-sasaran dari suatu proses area dapat berbeda-beda
sesuai dengan domain aplikasi atau lingkungan. Namun semua sasaran pada suatu
Key Process Area harus dipenuhi sebagai syarat suatu organisasi telah memenuhi
Key Process Area tersebut. Total ada 22 Process Area dalam CMMI for Development
versi 1.2. 22 Process Area tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 3.1 Proses Area
3.4 Studi Kasus
Dimulai pada tahun 1817,
Bank of Montreal - BMO Financial Group (NYSE, TSX: BMO) adalah penyedia layanan
keuangan yang sangat terdiversifikasi dan satu dari sepuluh organisasi terbesar
di Amerika Utara. Grup ini memiliki lebih dari 33.000 karyawan dan aset sebesar
$ 196 miliar, dan menyediakan berbagai produk perbankan ritel, pengelolaan
kekayaan dan investasi perbankan dan solusi untuk klien di seluruh Kanada dan
Amerika Serikat. Kelompok Keuangan BMO terdiri dari tiga kelompok klien
termasuk Grup Klien Pribadi dan Komersial (P & C), Grup Klien Swasta (PCG),
dan Investment Banking Group (IBG).
Bank of Montreal dikenal
dengan inovasi dan terus mengembangkan dan mengintegrasikan solusi perangkat
lunak baru, untuk mempertahankan posisi kompetitif dan memberikan layanan yang
lebih baik kepada pelanggannya. Komitmennya yang terus berlanjut terhadap peningkatan
produktivitas menjadikannya mengadopsi pendekatan Carnegie Mellon CMMI
(Capability Maturity Model Integration), yang diyakini meningkatkan
efektivitas, proses pengambilan keputusan dan efektivitas operasional secara
keseluruhan. Isu, dampak dan manfaat dari adopsi ini dibahas di sini.
Dalam memilih untuk
menerapkan model CMM dan selanjutnya CMMI, Bank of Montreal (BMO) Financial
Group memilih untuk berkonsultasi dengan GRafP Technologies, yang bisa melatih
dan mengaudit operasional mereka untuk membantu mereka memperbaiki prosesnya,
pada akhirnya,meningkatkan kinerja BMO. GRafP Technologies menyediakan layanan
untuk perusahaan IT di Asia, Eropa, Korea Utara, Amerika dan Amerika Selatan
untuk memodelkan dan menilai proses mereka, dan untuk mengoptimalkan
operasinya. GRafP membantu:
• Memanage secara efisien dan memantau risiko yang dihadapi
proyek mereka lalu mengambil tindakan yang tepat untuk mencegah hal tersebut.
• Spesialis Proses melakukan SEI-Authorized atau CMMI secara tidak
resmi untuk mengidentifikasi di mana produktivitas dapat ditingkatkan.
• Auditor TI dan Analis Penjaminan Mutu Perangkat Lunak
mengumpulkan dan menganalisis informasi yang akan membantu mereka memenuhi tanggung
jawab verifikasi.
• Spesialis Investasi menilai risiko berinvestasi pada usaha
IT, mengelola portofolio investasi mereka dan menegosiasikan kondisi yang adil
dengan klien mereka.
Berdasarkan keterlibatan
ini, sebuah organisasi kemudian berada dalam posisi yang lebih baik untuk
mendapatkan pemahaman yang tepat tentang proses IT-nya yang merupakan komponen terpenting
dari basis pengetahuan perusahaan yang akan merupakan faktor keberhasilan perusahaan
IT. Sebagai bagian dari layanan yang diberikan kepada BMO Financial Group sejak
bulan Juli 2000, GRafP Technologies telah membantu Canadian Bank mencapai CMMI
Maturity Level 4 di tahun 2006 dan CMMI Maturity Level 5 di tahun 2009.
3.5 Implementasi
Langkah pertama yang
diambil untuk beradaptasi dan menerapkan model baru adalah menentukan practices.
Practices dapat membantu mengurangi resiko dan hambatan yang sering dihadapi
dengan perubahan lingkungan dalam pendekatan terhadap cara pengembangan
perangkat lunak secara pendekatan tradisional. Peran ini dipimpin oleh GRafP
Technologies, yang melakukan serangkaian sesi practices terkait untuk staf
pengembangan perangkat lunak.
Gambar 3.2 Hasil Penilain Awal GRafP
pada salah satu unit bisnis BMO
GRafP kemudian melakukan
penilaian awal (Gambar 2) dan menganalisis kebutuhan untuk menilai posisi
perusahaan agar dapat sesuai dengan apa yang di harapkan CMMI. Mendirikan
kebijakan, proses, dan prosedur yang telah di analisis untuk memastikan bahwa
mereka support dan sesuai dengan area model CMMI. Temuan dari asesmen awal ini
menjadi dasar dari suatu kegiatan terperinci dan rencana practices. Kebutuhan
manajemen proses perusahaan di berlakukan bersamaan dengan pembentukan Quality
Assurance. Practices juga dilakukan di berbagai bidang seperti konfigurasi
manajemen, peer reviews, dan fungsi peralatan.
Untuk mengukur secara
akurat kemajuan yang dicapai di salah satu unit bisnis Bank, GRafP melakukan
penilain berikutnya dua tahun kemudian dimana hasil penilaian tersebut
menunjukkan peningkatan yang mengesankan dalam pelaksanaan praktek CMMI di
semua area proses yang dievaluasi.
Gambar 3.3 Hasil penilaian
selanjutnya dari salah satu unit bisnis BMO
Keberhasilan penerapan
CMMI menunjukkan upaya perbaikan tidak hanya bergantung pada pemahaman CMMI,
dan inovasi proses, tetapi juga atas dukungan manajemen senior, dan budaya di perushaan.
Di BMO, dukungan manajemen senior CMM
dan CMMI telah tercermin dalam laporan tahunan BMO yang berturut-turut.
3.5 Hasil
Pengukuran
hasil dari proses kegiatan peningkatan aktifitas memerlukan waktu
bertahun-tahun untuk mengumpulkan dan menganalisis ukuran peningkatan
produktivitas, waktu siklus yang lebih pendek, peningkatan kualitas dan
peningkatan kepuasan pelanggan dan karyawan. Pencapaian peringkat CMMI level 5
melalui SEI memberikan data yang konkrit dan tervalidasi menunjukkan adanya peningkatan
produktivitas.
Manfaat
kualitatif mencakup dampak pada lingkungan organisasi dan kemajuan dalam
layanan yang dapat diberikan oleh perusahaan kepada klien. Kerangka kerja CMMI
memastikan karyawan memahami peran dan tanggung jawab mereka untuk memiliki
tanggung jawab tersebut dan bergantung pada mekanisme disiplin untuk memantau
pelaksanaannya. Anggota tim penilai secara khusus memperoleh wawasan perbaikan
proses. Mereka membawa pengetahuan dan wawasan tentang proyek baru yang
berdampak pada bagaimana proyek-proyek ini dilakukan, dan memperluas wawasan
tersebut kepada anggota tim proyek. Organisasi yang melakukan penilaian SCAMPI
menuai keuntungan kualitatif karena telah menanamkan atau mendorong pendekatan
untuk terus mencari cara yang lebih baik untuk memperbaiki proses pengembangan
perangkat lunak di dalam perusahaan.
3.6 Mengukur ROI (Return of Invesment)
Dalam memperkenalkan
perbaikan proses dan alat berkualitas pada proses pengembangan perangkat lunak,
penting untuk mengukur dampak investasi semacam itu baik dari segi finansial
maupun non finansial. Return of Investment (ROI) adalah kuantifikasi
pengembalian investasi secara finansial dan merupakan nilai aktual yang
diperoleh dengan membandingkan biaya program dengan tunjangan, mengukur besarnya
manfaat relatif terhadap biaya, keuntungan bersih setelah mengeluarkan beberapa
tingkat sumber daya, atau keuntungan yang dihitung dengan membagi laba bersih
atas aktiva yang digunakan. Dalam kasus BMO, organisasi menerapkan teknik
pengukuran ini pada pengembangan aplikasi sistem perangkat lunak yang sedang
berjalan. Sebagai hasil dari penerapan proses kualitas dalam pengembangan
aplikasi ini selama beberapa kali di rilis, BMO mendapatkan :
-
Mencapai produktivitas
dukungan pemeliharaan 3,8 kali rata-rata industri.
-
Meningkatkan
produktivitas pendukung peningkatan lebih dari 2 kali rata-rata industri.
-
Mengurangi cacat per
rilis dari rata-rata industri 6 -12 menjadi 2.
Dalam sebuah studi terpisah di BMO, organisasi tersebut juga
menetapkan untuk mengukur dampak implementasi CMMI terhadap indikator proyek
seperti On Time and Within Budget. Hasil penelitian ini, yang disajikan pada
Gambar 4, menguatkan kembali laba atas investasi yang nyata.
Gambar 3.4 On Time and Within Budget
BMO
Pengukuran langsung peningkatan kualitas ini, sejalan dengan
temuan banyak perusahaan lain yang menerapkan CMMI, memberikan wawasan yang
berharga mengenai manfaat penerapan CMMI. Dengan tingkat pengembalian dan
keuntungan non-finansial yang ditambahkan, pengembalian hasil dari keterlibatan
formal semacam ini dapat terlihat sangat bermanfaat bagi perusahaan yang ingin
meningkatkan efektivitas pengembangan perangkat lunak mereka.
BAB 4
KESIMPULAN
CMMI merupakan sebuah
model dengan menggunakan 2 macam representasi untuk menunjukkan bagaimana
sebuah organisasi me-manage semua proses dalam setiap proyek pengembangan untuk
mencapai produk IT yang berkualitas. CMMI dapat diterapkan untuk berbagai
skala organisasi. Best-practice CMMI dapat diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan
yang umum dan sering muncul pada organisasi pengembang perangkat lunak,
sehingga diharapkan dapat berdampak pada meningkatnya kinerja organisasi. Dalam
menentukan level CMMI sebuah perusahaan IT, diperlukan adanya Generic Practices
dan Spesific Practices yang telah ditetapkan dari Process Area setiap level.
CMMI membantu sebuah perusahaan IT untuk membangun langkah maju dengan lebih
baik, dengan adanya pembagian level kedewasaan (maturity) maka perusahaan juga
dapat mengukur seberapa jauh mereka sudah melangkah dan implementasi CMMI yang
tepat diharapkan berhasil meningkatkan kinerja organisasi dari sisi biaya,
waktu, mutu, kepuasan pelanggan dan return on investment (ROI).
Implementasi CMMI yang
berhasil, dalam pendekatan bertahap, meningkatkan tingkat kematangan dari waktu
ke waktu, dapat menciptakan banyak manfaat bagi perusahaan. Ada kebutuhan akan
kepemimpinan yang kuat dan perubahan budaya dalam pengukuran kinerja untuk
mencapai tingkat pengembalian yang mungkin. Implementasi yang berhasil juga memberikan
beberapa keuntungan non-finansial, yang bahkan bisa berdampak lebih dalam.
Proses peningkatan kualitas tidak dapat dicoba dengan cara setengah hati, dan
memerlukan penugasan sumber daya khusus dengan mandat yang terfokus. Spesialis
SQA di BMO juga bertindak sebagai konsultan yang menyarankan tim pengembangan
untuk meningkatkan efektivitas proses pembangunan. Verifikasi dan Validasi
Independen meningkatkan kemungkinan keberhasilan jangka panjang, terutama
mengingat perlunya peningkatan ekspektasi kinerja secara terus-menerus. BMO
hanya perusahaan Kanada kedua yang mencapai tingkat CMMI 3 (mengikuti IBM) dan
bank Kanada pertama yang mencapai level CMM dan CMMI 4. Kemampuannya untuk
melihat manfaat nyata dari implementasi skala yang luas, yang dimungkinkan oleh
visi dan kepemimpinan internal, dan tersedianya mitra pihak ketiga setempat,
memberikan umpan balik terus menerus mengenai manfaat sebenarnya dari investasi
dalam perbaikan proses CMMI.
DAFTAR PUSTAKA
Web Page
Jurnal laporan
“A CMMI Case Study:
Process Engineering vs. Culture and Leadership” Jeffrey L. Dutton, Technical
Director, Engineering Performance Improvement Centre, Jacobs Sverdrup
“Function Point
Pilot Results in IBG and RMG”, Internal BMO Report, Alfred Allik, Director of
Quality, BMO, September 2005
Ottawa Software
Quality Association &ASQ 0407 Software Focus Group November 2003 Process
Improvement Experience: CMM Level 3 Best Practices, Gordana Kis, CSQA Sr. QA
Specialist BMO
Capability Maturity
Model® Integration (CMMI®) Overview 2005 by Carnegie Mellon University
[CMU/SEI 01] Members
of the Assessment Method Integrated Team Standard CMMISM Appraisal Method for
Process Improvement (SCAMPISM), Version 1.1: Method Definition Document
(CMU/SEI-2001-HB-001). Pittsburgh, PA: Software Engineering Institute, Carnegie
Mellon University, 2001.
http://www.sei.cmu.edu/publications/documents/01.reports/01hb001.html.
Organizations. April
25, 2010. http://www.scribd.com/doc/12596450/
Software-Process-Models-and-Metricsfor-Small-Software-Organizations
CMMI Product Team.
CMMI for Development Version 1.2. CMU/SEI- 2006-TR-008, ESC-TR-2006-008. USA:
Software Engineering Institute, Carnegie Mellon University. 2006
Kneuper,R. CMMI –
Improving Software and Systems Development Processes Using Capability Maturity
Model Integration (CMMI-DEV). 2009.
CMMI Product Team, 2010. CMMI for Development version 1.3. Pittsburgh: Carnegie Mellon University.
CMMI Product Team, 2010. CMMI for Development version 1.3. Pittsburgh: Carnegie Mellon University.
Komentar
Posting Komentar